Senin, 20 Februari 2012

Transformasi Pemerintahan Siprus, Sebelum dan Sesudah tergabung ke dalam Uni Eropa


I.                   Latar Belakang
            Siprus yang mempunyai nama resmi Republik Siprus dan beribu kota di Nicosia merupakan sebuah Negara kecil di Benua Eropa. Siprus merupakan negara pulau yang terletak di Mediterranean selatan, selatan dari Turki, barat Syria, Lebanon, dan Israel, timur dari Yunani, dan utara dari Mesir. Sejarah panjang yang dilalui siprus, baik dari masa sebelum maupun pasca kemerdekaan hingga pada akhirnya masuk ke Uni Eropa membuat Negara tersebut mengalami beberapa kali goncangan baik politik, ekonomi maupun dalam bidang lainnya.

            Bentuk Negaranya sendiri yaitu Presidential Republic, dan menerapkan konstitusi tahun 1960. Parlemen yang ada di Siprus yaitu Unikameral (terdiri atas 56 anggota parlemen yang dipilih melalui Pemilu Legislatif dan tambahan 3 kursi wakil khusus dari minoritas Maronite dan Armenian yang dipilih melalui Pemilu secara terpisah). Dengan kepala Negara Presiden Demetris Christofias (partai Akel); dipilih melalui Pemilu Presiden pada 28 Februari 2008 dengan masa bakti selama 5 tahun, sedangkan untuk kepala pemerintahan Presiden menunjuk dan memimpin dewan menteri, sedangkan konstelasi politik dan partai-partai terwakili dalam parlemen.
Sejarah Singkat Siprus yaitu Siprus memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1960 dengan jaminan konstitusi dari mayoritas Greek Cypriot kepada minoritas Turkish Cypriot. Pada tahun 1974, Turki menginvasi Siprus dan menduduki 40% wilayah utara dari pulau tersebut. Pada tahun 1983, Turki mengumumkan kepemilikan atas sebagian pulau tersebut, yang dinyatakan sebagai “Turkish Republic of Northern Cyprus”, tetapi kondisi ini hanya diakui oleh Turki sendiri. PBB memimpin pembicaraan langsung antara kedua pihak Cyprus sejak bulan Januari 2002 dan menyelenggarakan referendum bagi semua Cypriot pada tanggal 24 April 2004, hanya 10 hari sebelum Cyprus dijadualkan bergabung ke dalam UE. Referendum oleh PBB yang bertujuan untuk menyatukan kembali wilayah Cyprus mengalami kegagalan setelah sebesar 75,83% suara Greek Cypriot menyatakan menolak, meskipun 64,9% suara Turkish Cypriot menyatakan bersedia menerima usulan PBB untuk reunifikasi.
Sebagaimana kondisi diatas, menyiratkan bahwa dalam proses perkembangannya Siprus mengalami beberapa kali konflik, yaitu yang melibatkan siprus-turki dengan siprus yunani. Dan pada akhirnya Uni Eropapun mengambil peran dengan mendukung Siprus-Yunani dalam keanggotaannya di Uni Eropa dengan berbagai alasan, baik politik, geografis maupun yang lainnya. Dengan masuknya ke Uni Eropa, pada akhirnya hal ini memberikan dampak yang positif bagi Siprus selatan atau siprus yunani. Disparitas dalam hal peningkatan ekonomi, stabilitas politik serta berbagai dukungan yang diberikan Uni Eropa kepada Siprus Yunani, menjadikan kelemahan tersendiri bagi Siprus-Turky.

II.                Rumusan Masalah
            Berangkat dari pendahuluan di atas, maka dalam makalah ini kami akan mencoba menjelaskan mengenai beberapa hal, yaitu diantaranya :
1.        Kondisi Pemerintahan yang meliputi kondisi politik, sosial maupun ekonomi sebelum dan pasca bergabungnya Siprus dengan Uni Eropa.
2.        Komparasi antara Siprus Selatan yang mendapatkan pengakuan dan dukungan dari Uni Eropa dan Siprus Utara yang tidak.

III.             Pembahasan

1.                  Sejarah Singkat Siprus

Siprus adalah sebuah pulau yang berada di Laut Tengah yang masyarakatnya terpengaruh dari dua jenis negara yaitu Yunani dan Turki. Secara sejarah, Siprus pernah di datangi oleh orang-orang dari Yunani, Asyria, Mesir, Romawi, dan Turki yang berkunjung dan kemudian menetap di pulau terbesar ketiga di laut mediterania tersebut. Siprus adalah negara yang pertama kali dimasuki oleh ajaran agama Kristen dan mayoritas masyarakat Siprus pun memeluk agama Kristen Ortodoks. Ketika kekuasaan Byzantium runtuh, datanglah kekhalifahan Othmaniah yang datang membawa ajaran agama Islam pada pertengahan abad ke-16, dan kepemimpinan Othmaniah ini memberikan izin tinggal kepada 20.000 penduduk muslim. Ketika itu, tentulah tidak disadari, bahwa pemukiman tersebut pada akhirnya dapat melahirkan konflik etnis yang berkepanjangan antara keturunan Yunani yang Kristen dan keturunan Turki yang Islam.

            Kekhalifahan Othmaniah lalu mengadakan perjanjian dengan Inggris untuk mengantisipasi serbuan Rusia setelah di sejumlah wilayah pasukannya dipukul mundur oleh Rusia. Perjanjian itu menyatakan Siprus di bawah administrasi Inggris, meski tetap termasuk dalam daerah kekuasaan Turki Othmaniah. Pada masa inilah masyarakat Turki banyak berimigrasi ke Siprus dan membentuk keluarga sehingga budaya Turki cukup melekat di Siprus. Pada akhirnya ketika pecah Perang Dunia I, perjanjian itu dibatalkan karena Turki yang memihak kepada Jerman dan otomatis membuat Inggris membatalkan hak Turki ke atas Siprus.Secara geografis, Siprus adalah wilayah Asia namun uniknya Siprus memiliki pengalaman sejarah, kultur dan politik yang lebih dekat ke Eropa daripada Asia.
Secara umum, kondisi Siprus (Selatan) dalam masa sebelum masuk ke Uni Eropa penuh instabilitas, baik politik maupun ekonomi. Hal ini disebabkan oleh konflik yang begitu lama antara Utara dengan selatan yang masing-masing mendapatkan dukungan dari Turki dan Yunani. Keadaan yang demikian menjadikan tidak banyak yang bisa dikerjasamakan antara keduanya, maupun dengan Negara lain. Karena salah satu tuntutan agar dapat menjalin kerjasama dengan Negara lain adalah stabilitas sebuah Negara atau lingkungan domestic yang kondusif. Dengan demikian, maka konflik antara siprus utara dengan selatan, memberikan stagnansi ekonomi bagi keduanya. Dilihat dari kondisi sosial dan kebudayaan, konflik yang memecah Siprus dilatarbelakangi oleh perbedaan identitas, agama, ideology dan hal-hal yang asasi lainnya. Hal inilah yang kemudian selalu menjadi bahan bakar terjadinya konflik. Identitas yang satu berusaha untuk menunjukkan eksistensinya maupun dominasinya dengan cara menihilkan pihak lain. Sehingga masa sebelum masuknya Siprus (Selatan) menjadi anggota Uni Eropa masih memiliki kelemahan diberbagai bidang, begitu juga dengan yang dirasakan Siprus Utara.

Uni Eropa sebagai Organisasi Regional paling berpengaruh di Eropa
Uni Eropa sebagai organisasi supranasional yang merupakan organisasi antar-pemerintahan mempunyai legitimasi yang cukup kuat untuk mempengaruhi konstelasi politik dalam negeri setiap anggotanya. Tujuan dari Uni Eropa itu sendiri adalah menciptakan kemajuan dan perkembangan politik dan ekonomi di negara-anggotanya untuk mencapai pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan. Ada suatu tanggung jawab yang cukup berat bagi Uni Eropa yaitu untuk mempertahankan konsistensinya terhadap tujuan didirikannya Uni Eropa itu sendiri.
Uni Eropa mempunyai kelebihan dari segi hard power dan soft power sehingga mampu menarik negara-negara di kawasan Eropa sangat tertarik untuk bergabung dengan Uni Eropa. Hard power yang dimaksudkan di sini artinya tindakan nyata yang memaksa atau memiliki sanksi untuk memaksa penegakan aturannya, sementara soft power merupakan media yang tidak nyata namun tetap mengikat anggota-anggota Uni Eropa misalnya ideologi dan kekuatan budaya. Turki sendiri memandang Uni Eropa menguasai sebuah kekuatan yang luar biasa dan berpikir bahwa jika Turki bergabung menjadi anggota Uni Eropa maka ia pun akan terpengaruh dampak positif dari keanggotaan tersebut. Turki menyadari keuntungan yang didapatkan saingannya, Yunani, sehingga ia melakukan perbaikan dan perubahan budaya yang sangat signifikan dengan tujuan memperoleh predikat keanggotaan tersebut.
Uni Eropa tidak mungkin akan berdiam diri saat menyaksikan ada konflik di tubuh salah satu anggotanya karena apabila ia berdiam diri saja maka kemungkinan masalah internal salah satu anggotanya tersebut kemudian akan meluas dan mengganggu stabilitas negara tetangganya. Saat permasalahan domestik ini semakin menyebar maka akan sangat berkemungkinan mengganggu stabilitas sistem Uni eropa itu sendiri. Maka, Uni Eropa cenderung selalu turun tangan dalam mengatasi semua masalah negara-negara anggotanya dengan maksud agar masalah tersebut dapat diselesaikan dengan lebih baik dan lebih cepat sebelum semakin memburuk sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki Uni Eropa dan poweryang dimilikinya atas integrasi negara-negara anggotanya.

Peran Uni Eropa dalam konflik yang melibatkan Yunani dan Turki
            Sebagaimana kita ketahui di awal, tidak tercapainya kesepakatan unifikasi antara Siprus Utara dan Siprus Selatan yang melibatkan Turki dan juga Yunani, menjadikan Siprus tidak dapat masuk ke Uni Eropa secara penuh (Utara-Selatan). Dan hal ini jugalah yang kemudian menjadi penghalang masuknya Turki ke Uni Eropa. Karena stabilitas politik merupakan hal yang sangat penting dan akan berpengaruh terhadap sector lain. Dengan kondisi yang demikian, maka akhirnya Uni Eropa harus menentukan langkah demi menghindarkannya dari konflik yang berkepanjangan. Yunani yang secara historis dan cultural merupakan bagian dari Uni Eropa, maka pada akhirnya mendapatkan dukungan penuh baik dari Negara-negara Eropa maupun Uni Eropa pada umumnya. Hal ini menjadikan wilayah Siprus bagian Selatan yang sangat dekat dengan Yunani secara identitas, mendapat dukungan untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Dan dilain pihak, permasalahan yang terjadi di Siprus saat ini bisa dikatakan telah menjadi faktor terbesar yang secara negatif mempengaruhi hubungan antara Turki dan Uni Eropa. Hubungan antara Turki dan Uni Eropa semakin memanas dengan hadirnya permasalahan ini karena dengan masalah ini pintu gerbang bagi Turki untuk masuk ke Uni Eropa akan semakin dipersulit terbukti dengan begitu banyaknya pembaharuan atas perbincangan mengenai keinginan bergabungnya Turki ke Uni Eropa dikarenakan permasalahan Siprus ini. Ada kemungkinan permasalahan bergabungnya Turki ke Uni Eropa tidak akan sesulit sekarang ini andaikan tidak ada permasalahan Siprus yang menyebabkan ditundanya beberapa poin persyaratan keanggotaan Turki di Uni Eropa.
Permasalahan yang terjadi di Siprus saat ini juga telah menjadi agenda pembahasan di Uni Eropa karena ini menyangkut Siprus sebagai negara anggota dan Turki yang telah disetujui untuk dipertimbangkan menjadi anggota Uni Eropa begitu Turki mampu memenuhi seluruh butir persyaratan yang diajukan Uni Eropa. Bagaimanapun juga, mengenai proses keanggotaan Turki di Uni Eropa merupakan permasalahan politik. Sentimen dikarenakan Siprus telah menjadi faktor yang rumit sejak intervensi militer Turki pada tahun 1974. Publikasi yang dilakukan oleh Agenda 2000 pada tahun 1997 mencatat tingkat hubungan yang minim antara Turki-UE. Mekipun sejak tahun 2004 Siprus telah menjadi anggota Uni Eropa, tetapi Uni eropa kurang menganggap Siprus Utara sebagai bagian dari Uni Eropa dikarenakan masih banyaknya intervensi dari Turki yang notabene non-UE.

Pencapaian yang didapatkan Siprus pasca bergabung dengan Uni Eropa.
Dengan bergabungnya Siprus ke Uni Eropa, hal ini memberikan beberapa keuntungan kepada Siprus. Di bidang ekonomi misalnya, diawal tahun masuknya Siprus ke Uni Eropa berhasil memberikan peningkatan ekonomi yang sangat baik.
Sekitar 78% dari pemasukan GDP Siprus berasal dari sektor jasa. Pariwisata, perbankan, dan real estate merupakan sektor-sektor penting. Sektor penting lainnya adalah pertanian dan industri pertanian. Pertumbuhan ekonomi yang pesat pada tahun-tahun belakangan ini sangat tergantung kepada sektor pariwisata, dimana kinerja sektor pariwisata sangat fluktuatif disebabkan oleh kondisi / stabilitas politik di dalam negeri maupun di kawasan Eropa Barat.
Hal ini berbeda dengan Siprus Utara yang tidak mendapatkan dukungan dari Uni Eropa karena alasan keberadaan Turki di situ. Dukungan politis berimplikasi pada akses pasar maupun dalam hal peningkatan ekonomi. Sehingga dengan demikian kesempatan Siprus Utara untuk bekerjasama dengan Uni Eropa menjadi tertutup.

IV.             Kesimpulan
            Berbagai proses politik serta perjuangan untuk saling memperkuat eksistensinya antara Siprus-Yunani dengan Siprus-Turky mempengaruhi kondisi pergaulan di masyarakat Eropa pada sat ini. Adanya konflik yang memisahkan kedua kubu, pada akhirnya memberikan keuntungan pada salah satu pihak dan meniadakan yang lainnya. Siprus selatan yang lebih dekat dengan Yunani, baik secara identitas maupun budaya pada akhirnya menjadikannya mendapatkan dukungan penuh dari negara-negara Eropa yang pada akhirnya mengantarkan Siprus selatan mesuk ke dalam Uni Eropa. Di lain pihak, Siprus Utara yang didominasi imigran dari Turky, pada akhirnya menjadikan Siprus Utara terpisah dari saudaranya.
            Perbedaan kondisi yang demikian, pada akhirnya membuat perbedaan yang cukup tajam antara kedua belah pihak baik secara stabilitas politik, dukungan negara kawasan maupun secara peningkatan ekonomi. Harapan Turky untuk masuk menjadi anggota Uni Eropa juga semakin berat langkahnya. Hubungan yang tidak terjalin dengan Yunani, yang disebabkan oleh keberadaan Siprus memisahkan antara keduannya, secara politis maupun geografis.
Kemajuan yang diperoleh Siprus-Yunani pasca bergabung dengan Uni Eropa yaitu antara lain dapat dilihat dari peningkatan ekonomi dan juga stabilitas politik. Sehingga secara umum bergabungnya Siprus ke Uni Eropa sangat mendukung proses transformasi diberbagai bidang.
Namun demikian, sebagai Negara yang masih mudah dipengaruhi Negara lain, menjadikan kelemahan tersendiri bagi Siprus. Seperti halnya ketika terjadi krisis di Yunani baru-baru ini, hal tersebut juga berdampak pada perekonomian di Siprus yang turut menurun. Tetapi kami melihat bahwa krisis tersebut tidaklah kemudian menjadi sebuah kesalahan bagi Siprus untuk bergabung dengan Uni Eropa. Karena krisis tersebut terjadi di banyak Negara anggota Uni Eropa, maka ini merupakan permasalahan Uni Eropa pada Umumnya.

0 komentar:

Posting Komentar