I.
Latar Belakang
Siprus yang mempunyai nama resmi
Republik Siprus dan beribu kota di Nicosia merupakan sebuah Negara kecil di
Benua Eropa. Siprus
merupakan negara pulau yang terletak di Mediterranean selatan, selatan dari
Turki, barat Syria, Lebanon, dan Israel, timur dari Yunani, dan utara dari
Mesir. Sejarah panjang yang dilalui siprus, baik dari masa sebelum maupun pasca
kemerdekaan hingga pada akhirnya masuk ke Uni Eropa membuat Negara tersebut
mengalami beberapa kali goncangan baik politik, ekonomi maupun dalam bidang
lainnya.
Bentuk
Negaranya sendiri yaitu Presidential Republic, dan menerapkan konstitusi tahun
1960. Parlemen yang ada di Siprus yaitu Unikameral (terdiri atas 56 anggota
parlemen yang dipilih melalui Pemilu Legislatif dan tambahan 3 kursi wakil
khusus dari minoritas Maronite dan Armenian yang dipilih melalui Pemilu secara
terpisah). Dengan kepala Negara Presiden Demetris Christofias (partai Akel);
dipilih melalui Pemilu Presiden pada 28 Februari 2008 dengan masa bakti selama
5 tahun, sedangkan untuk kepala pemerintahan Presiden menunjuk dan memimpin
dewan menteri, sedangkan konstelasi politik dan partai-partai terwakili dalam
parlemen.
Sejarah Singkat Siprus yaitu Siprus
memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1960 dengan jaminan konstitusi
dari mayoritas Greek Cypriot kepada minoritas Turkish Cypriot. Pada tahun 1974,
Turki menginvasi Siprus dan menduduki 40% wilayah utara dari pulau tersebut.
Pada tahun 1983, Turki mengumumkan kepemilikan atas sebagian pulau tersebut,
yang dinyatakan sebagai “Turkish Republic of Northern Cyprus”, tetapi kondisi
ini hanya diakui oleh Turki sendiri. PBB memimpin pembicaraan langsung antara
kedua pihak Cyprus sejak bulan Januari 2002 dan menyelenggarakan referendum
bagi semua Cypriot pada tanggal 24 April 2004, hanya 10 hari sebelum Cyprus
dijadualkan bergabung ke dalam UE. Referendum oleh PBB yang bertujuan untuk
menyatukan kembali wilayah Cyprus mengalami kegagalan setelah sebesar 75,83%
suara Greek Cypriot menyatakan menolak, meskipun 64,9% suara Turkish Cypriot
menyatakan bersedia menerima usulan PBB untuk reunifikasi.
Sebagaimana kondisi diatas, menyiratkan bahwa
dalam proses perkembangannya Siprus mengalami beberapa kali konflik, yaitu yang
melibatkan siprus-turki dengan siprus yunani. Dan pada
akhirnya Uni Eropapun mengambil peran dengan mendukung Siprus-Yunani dalam
keanggotaannya di Uni Eropa dengan berbagai alasan, baik politik, geografis
maupun yang lainnya. Dengan masuknya ke Uni Eropa, pada akhirnya hal ini
memberikan dampak yang positif bagi Siprus selatan atau siprus yunani. Disparitas
dalam hal peningkatan ekonomi, stabilitas politik serta berbagai dukungan yang
diberikan Uni Eropa kepada Siprus Yunani, menjadikan kelemahan tersendiri bagi
Siprus-Turky.
II.
Rumusan Masalah
Berangkat
dari pendahuluan di atas, maka dalam makalah ini kami akan mencoba menjelaskan
mengenai beberapa hal, yaitu diantaranya :
1.
Kondisi Pemerintahan yang meliputi kondisi politik, sosial
maupun ekonomi sebelum dan pasca bergabungnya
Siprus dengan Uni Eropa.
2.
Komparasi antara Siprus Selatan yang mendapatkan pengakuan dan
dukungan dari Uni Eropa dan Siprus Utara yang tidak.
III.
Pembahasan
1.
Sejarah Singkat Siprus
Siprus adalah sebuah pulau yang
berada di Laut Tengah yang masyarakatnya terpengaruh dari dua jenis negara
yaitu Yunani dan Turki. Secara sejarah, Siprus pernah di datangi oleh
orang-orang dari Yunani, Asyria, Mesir, Romawi, dan Turki yang berkunjung dan
kemudian menetap di pulau terbesar ketiga di laut mediterania tersebut.
Siprus adalah negara yang pertama kali dimasuki oleh ajaran
agama Kristen dan mayoritas masyarakat Siprus pun memeluk agama Kristen
Ortodoks. Ketika kekuasaan Byzantium runtuh, datanglah kekhalifahan Othmaniah
yang datang membawa ajaran agama Islam pada pertengahan abad ke-16, dan
kepemimpinan Othmaniah ini memberikan izin tinggal kepada 20.000 penduduk
muslim. Ketika itu, tentulah tidak disadari, bahwa pemukiman tersebut pada
akhirnya dapat melahirkan konflik etnis yang berkepanjangan antara keturunan
Yunani yang Kristen dan keturunan Turki yang Islam.
Kekhalifahan Othmaniah lalu mengadakan perjanjian dengan
Inggris untuk mengantisipasi serbuan Rusia setelah di sejumlah wilayah
pasukannya dipukul mundur oleh Rusia. Perjanjian itu menyatakan Siprus di bawah
administrasi Inggris, meski tetap termasuk dalam daerah kekuasaan Turki
Othmaniah. Pada masa inilah masyarakat Turki banyak berimigrasi ke Siprus dan
membentuk keluarga sehingga budaya Turki cukup melekat di Siprus. Pada akhirnya
ketika pecah Perang Dunia I, perjanjian itu dibatalkan karena Turki yang
memihak kepada Jerman dan otomatis membuat Inggris membatalkan hak Turki ke
atas Siprus.Secara geografis, Siprus adalah wilayah Asia namun uniknya
Siprus memiliki pengalaman sejarah, kultur dan politik yang lebih dekat ke
Eropa daripada Asia.
Secara umum, kondisi Siprus
(Selatan) dalam masa sebelum masuk ke Uni Eropa penuh instabilitas, baik
politik maupun ekonomi. Hal ini disebabkan oleh konflik yang begitu lama antara
Utara dengan selatan yang masing-masing mendapatkan dukungan dari Turki dan
Yunani. Keadaan yang demikian menjadikan tidak banyak yang bisa dikerjasamakan
antara keduanya, maupun dengan Negara lain. Karena salah satu tuntutan agar
dapat menjalin kerjasama dengan Negara lain adalah stabilitas sebuah Negara
atau lingkungan domestic yang kondusif. Dengan demikian, maka konflik antara
siprus utara dengan selatan, memberikan stagnansi ekonomi bagi keduanya. Dilihat
dari kondisi sosial dan kebudayaan, konflik yang memecah Siprus
dilatarbelakangi oleh perbedaan identitas, agama, ideology dan hal-hal yang
asasi lainnya. Hal inilah yang kemudian selalu menjadi bahan bakar terjadinya
konflik. Identitas yang satu berusaha untuk menunjukkan eksistensinya maupun
dominasinya dengan cara menihilkan pihak lain. Sehingga masa sebelum masuknya
Siprus (Selatan) menjadi anggota Uni Eropa masih memiliki kelemahan diberbagai
bidang, begitu juga dengan yang dirasakan Siprus Utara.
Uni Eropa sebagai Organisasi Regional paling
berpengaruh di Eropa
Uni Eropa sebagai
organisasi supranasional yang merupakan organisasi antar-pemerintahan mempunyai
legitimasi yang cukup kuat untuk mempengaruhi konstelasi politik dalam negeri
setiap anggotanya. Tujuan dari Uni Eropa itu sendiri adalah menciptakan
kemajuan dan perkembangan politik dan ekonomi di negara-anggotanya untuk
mencapai pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan. Ada suatu tanggung jawab
yang cukup berat bagi Uni Eropa yaitu untuk mempertahankan konsistensinya
terhadap tujuan didirikannya Uni Eropa itu sendiri.
Uni Eropa mempunyai
kelebihan dari segi hard power dan soft power sehingga
mampu menarik negara-negara di kawasan Eropa sangat tertarik untuk bergabung
dengan Uni Eropa. Hard power yang dimaksudkan di sini artinya
tindakan nyata yang memaksa atau memiliki sanksi untuk memaksa penegakan
aturannya, sementara soft power merupakan media yang tidak
nyata namun tetap mengikat anggota-anggota Uni Eropa misalnya ideologi dan
kekuatan budaya. Turki sendiri memandang Uni Eropa menguasai sebuah kekuatan
yang luar biasa dan berpikir bahwa jika Turki bergabung menjadi anggota Uni Eropa
maka ia pun akan terpengaruh dampak positif dari keanggotaan tersebut. Turki
menyadari keuntungan yang didapatkan saingannya, Yunani, sehingga ia melakukan
perbaikan dan perubahan budaya yang sangat signifikan dengan tujuan memperoleh
predikat keanggotaan tersebut.
Uni Eropa tidak mungkin
akan berdiam diri saat menyaksikan ada konflik di tubuh salah satu anggotanya
karena apabila ia berdiam diri saja maka kemungkinan masalah internal salah
satu anggotanya tersebut kemudian akan meluas dan mengganggu stabilitas negara
tetangganya. Saat permasalahan domestik ini semakin menyebar maka akan sangat
berkemungkinan mengganggu stabilitas sistem Uni eropa itu sendiri. Maka, Uni
Eropa cenderung selalu turun tangan dalam mengatasi semua masalah negara-negara
anggotanya dengan maksud agar masalah tersebut dapat diselesaikan dengan lebih
baik dan lebih cepat sebelum semakin memburuk sesuai dengan kapabilitas yang
dimiliki Uni Eropa dan poweryang dimilikinya atas integrasi
negara-negara anggotanya.
Peran Uni Eropa dalam konflik yang melibatkan
Yunani dan Turki
Sebagaimana kita ketahui di awal, tidak tercapainya
kesepakatan unifikasi antara Siprus Utara dan Siprus Selatan yang melibatkan
Turki dan juga Yunani, menjadikan Siprus tidak dapat masuk ke Uni Eropa secara
penuh (Utara-Selatan). Dan hal ini jugalah yang kemudian menjadi penghalang
masuknya Turki ke Uni Eropa. Karena stabilitas politik merupakan hal yang
sangat penting dan akan berpengaruh terhadap sector lain. Dengan kondisi yang
demikian, maka akhirnya Uni Eropa harus menentukan langkah demi menghindarkannya
dari konflik yang berkepanjangan. Yunani yang secara historis dan cultural
merupakan bagian dari Uni Eropa, maka pada akhirnya mendapatkan dukungan penuh
baik dari Negara-negara Eropa maupun Uni Eropa pada umumnya. Hal ini menjadikan
wilayah Siprus bagian Selatan yang sangat dekat dengan Yunani secara identitas,
mendapat dukungan untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Dan dilain pihak, permasalahan
yang terjadi di Siprus saat ini bisa dikatakan telah menjadi faktor terbesar
yang secara negatif mempengaruhi hubungan antara Turki dan Uni Eropa. Hubungan
antara Turki dan Uni Eropa semakin memanas dengan hadirnya permasalahan ini
karena dengan masalah ini pintu gerbang bagi Turki untuk masuk ke Uni Eropa
akan semakin dipersulit terbukti dengan begitu banyaknya pembaharuan atas
perbincangan mengenai keinginan bergabungnya Turki ke Uni Eropa dikarenakan
permasalahan Siprus ini. Ada kemungkinan permasalahan bergabungnya Turki ke Uni
Eropa tidak akan sesulit sekarang ini andaikan tidak ada permasalahan Siprus
yang menyebabkan ditundanya beberapa poin persyaratan keanggotaan Turki di Uni
Eropa.
Permasalahan yang terjadi
di Siprus saat ini juga telah menjadi agenda pembahasan di Uni Eropa karena ini
menyangkut Siprus sebagai negara anggota dan Turki yang telah disetujui untuk
dipertimbangkan menjadi anggota Uni Eropa begitu Turki mampu memenuhi seluruh
butir persyaratan yang diajukan Uni Eropa. Bagaimanapun juga, mengenai proses
keanggotaan Turki di Uni Eropa merupakan permasalahan politik. Sentimen
dikarenakan Siprus telah menjadi faktor yang rumit sejak intervensi militer
Turki pada tahun 1974. Publikasi yang dilakukan oleh Agenda 2000 pada tahun
1997 mencatat tingkat hubungan yang minim antara Turki-UE. Mekipun sejak tahun
2004 Siprus telah menjadi anggota Uni Eropa, tetapi Uni eropa kurang menganggap
Siprus Utara sebagai bagian dari Uni Eropa dikarenakan masih banyaknya
intervensi dari Turki yang notabene non-UE.
Pencapaian
yang didapatkan Siprus pasca bergabung dengan Uni Eropa.
Dengan bergabungnya
Siprus ke Uni Eropa, hal ini memberikan beberapa keuntungan kepada Siprus. Di
bidang ekonomi misalnya, diawal tahun masuknya Siprus ke Uni Eropa berhasil
memberikan peningkatan ekonomi yang sangat baik.
Sekitar 78% dari pemasukan GDP Siprus berasal
dari sektor jasa. Pariwisata, perbankan, dan real estate merupakan
sektor-sektor penting. Sektor penting lainnya adalah pertanian dan industri
pertanian. Pertumbuhan ekonomi yang pesat pada tahun-tahun belakangan ini
sangat tergantung kepada sektor pariwisata, dimana kinerja sektor pariwisata
sangat fluktuatif disebabkan oleh kondisi / stabilitas politik di dalam negeri
maupun di kawasan Eropa Barat.
Hal ini berbeda dengan Siprus Utara yang tidak
mendapatkan dukungan dari Uni Eropa karena alasan keberadaan Turki di situ.
Dukungan politis berimplikasi pada akses pasar maupun dalam hal peningkatan
ekonomi. Sehingga dengan demikian kesempatan Siprus Utara untuk bekerjasama
dengan Uni Eropa menjadi tertutup.
IV.
Kesimpulan
Berbagai
proses politik serta perjuangan untuk
saling memperkuat eksistensinya antara Siprus-Yunani dengan Siprus-Turky
mempengaruhi kondisi pergaulan di masyarakat Eropa pada sat ini. Adanya konflik
yang memisahkan kedua kubu, pada akhirnya memberikan keuntungan pada salah satu
pihak dan meniadakan yang lainnya. Siprus selatan yang lebih dekat dengan
Yunani, baik secara identitas maupun budaya pada akhirnya menjadikannya mendapatkan
dukungan penuh dari negara-negara Eropa yang pada akhirnya mengantarkan Siprus
selatan mesuk ke dalam Uni Eropa. Di lain pihak, Siprus Utara yang didominasi
imigran dari Turky, pada akhirnya menjadikan Siprus Utara terpisah dari
saudaranya.
Perbedaan kondisi yang demikian, pada akhirnya membuat
perbedaan yang cukup tajam antara kedua belah pihak baik secara stabilitas
politik, dukungan negara kawasan maupun secara peningkatan ekonomi. Harapan
Turky untuk masuk menjadi anggota Uni Eropa juga semakin berat langkahnya.
Hubungan yang tidak terjalin dengan Yunani, yang disebabkan oleh keberadaan
Siprus memisahkan antara keduannya, secara politis maupun geografis.
Kemajuan yang diperoleh
Siprus-Yunani pasca bergabung dengan Uni Eropa yaitu antara lain dapat dilihat
dari peningkatan ekonomi dan juga stabilitas politik.
Sehingga secara umum bergabungnya Siprus ke Uni Eropa sangat mendukung proses
transformasi diberbagai bidang.
Namun demikian, sebagai Negara yang masih
mudah dipengaruhi Negara lain, menjadikan kelemahan tersendiri bagi Siprus.
Seperti halnya ketika terjadi krisis di Yunani baru-baru ini, hal tersebut juga
berdampak pada perekonomian di Siprus yang turut menurun. Tetapi kami melihat
bahwa krisis tersebut tidaklah kemudian menjadi sebuah kesalahan bagi Siprus
untuk bergabung dengan Uni Eropa. Karena krisis tersebut terjadi di banyak
Negara anggota Uni Eropa, maka ini merupakan permasalahan Uni Eropa pada
Umumnya.
0 komentar:
Posting Komentar